Senin, 24 Agustus 2009

Ramadhan 1430 H/ 2009 H

Awal Ramadhan tahun ini yang jatuh pada tanggal 22 Agustus , mengharuskan saya menjemput pulang Ilham di Pesantren Al-Kahfi, untuk dapat mengawali puasa bersama keluarga. Baru di tahun ini Naufal sangat bersemangat untuk makan sahur, dan dia pun bercita-cita bisa berpuasa penuh hingga akhir ramadhan.
Tahun lalu meski bisa mengikuti puasa, namun terkadang ada bolong-bolongnya. Terkadang juga puasa sambung. Berhenti saat beduk Dzuhur dan dilanjut lagi sampai maghrib. Ketika berhasil melewatkan puasanya di hari kedua, naufal pun, menuliskannya di statusnya di Facebook, bahwa ia berhasil menjalankan puasa meski terasa sangat berat menunggu beduk maghrib. Sampai senyum-senyum saya dibuatnya membaca status itu.
Semoga saja Naufal bisa tabah menjalani hari-hari puasa ini. Amien.

Wafatnya Sahabatku Tirta Hidayat

Kematian adalah sebuah kepastian yang akan dijalani oleh semua makhluk. Namun tidak ada satupun yang mengetahui, kapan sebuah kepastian itu akan datang. Saat kepastian ini menjemput Pak Tirta Hidayat, di hari Selasa, 18 Agustus 2009 jam 16.30, tentu kita semua terhenyak, kaget....haru, bercampur jadi satu. Begitu cepat datangnya dikala usia menginjak 49 tahun.
Pak Tirta adalah seorang sahabat, guru, dan atasan yang sangat dekat dengan koleganya. Tercatat tiga kali berturut-turut saya merenda kebersamaan di tiga tempat yang berbeda.
Tahun 1994, saat pertama kali masuk di Nindya Karya, saya membantu beliau di Akuntansi Medan. Namun setahun kemudian saya di mutasi ke Palembang. Tak berapa lama tahun 1997 pak Tirta juga dimutasi ke Palembang. Akhirnya bergabung kembali kami dalam satu tim Keuangan dengan Pak Tirta sebagai sekondannya. Sebagai orang yang baru keluar dari kota asalnya Medan, menuju kota yang baru, tak ayal membuat Beliau sering mampir ke rumah untuk ngobrol bersama keluarga, bahkan juga jalan-jalan seputar Palembang. Jadi dengan keluarganya pun kami cukup akrab. Namun akhir tahun 1997, kami kembali harus berpisah saat saya menjalani mutasi di berbagai tempat.
Hingga pada tahun 2008, saya di tarik ke Pusat untuk menggawangi akuntansi. Meski sebelas tahun tak pernah bersama, namun hubungan kami tetap intens, baik lewat telepon maupun saat jumpa di Jakarta. Tak dinyana, selang sebulan kemudian Pak Tirta juga ditarik ke Jakarta sebagai Kabiro Keuangan. Sebuah kebersamaan yang serba kebetulan, dan juga kebetulan nama kami seperti sebuah kereta gandengan.
Ada sebuah cerita yang menggambarkan keakraban dari sebuah nama, saat kami di medan, ada 3 orang, yang memiliki nama, yang saling berurutan seperti sebuah gandengan kereta, yakni :
1. Tirta Hidayat.
2. Hidayat Wahyudi.
3. Wahyudi Alamsudrajat.
Jika ketiga nama ini digandeng, maka akan menjadi seperti ini :
Tirta Hidayat Wahyudi Alamsudrajat
Kini dua nama di depan dan belakang saya sudah tidak hadir lagi di Nindya Karya.
Innalillahi wa inna ilaihi roojiun. Semua yang milik Allah , akan kembali kepada Nya. Selamat jalan Sahabatku, Guruku, Semoga Allah memberikan balasan yang sesuai dengan Amal Bhaktimu. Amien. Dan .....terima kasih atas bimbingannya selama saya membantumu.

Senin, 17 Agustus 2009

BOM di Puri Nushapala Jatiasih

Ditemukannya sarang teroris di Perumahan Puri Nusaphala, Blok D 12 RT 4 RW 12, Jatiasih, Bekasi. Tentu sangat mengagetkan kita semua, terlebih perumahan ini hanya berjarak 1 km dari rumah kami Vilani. Bisa dibayangkan Bom seberat 600 kg !!! Setengah ton lebih. Suatu amunisi yang tidak main-main.
Kita tentu sangat bersyukur dengan diungkapkannya jaringan ini. Lebih bersyukur lagi , ternyata saat ini jalan sepanjang Ciangsana, yang merupakan akses dari Vilani menuju Cikeas , rumah pribadi Presiden SBY, mulai rutin disambangi aparat keamanan.
Padahal beberapa bulan yang lalu Millist vilanusaindah@yahoogroups.com pernah menyampaikan surat kepada aparat kepolisian (Polsek Cikeas), untuk dapat menempatkan personilnya di sebuah Pos Polisi yang sudah lama di bangun di Ujung Gerbang Vila Nusa Indah 2. Namun karena keterbatasan personil, Pos Polisi tersebut hanya di tungguin oleh Tukang Ojek.
Kini suasana telah berubah drastis, Pos Polisi tersebut seperti ramai kembali dengan hadirnya aparat yang menjaganya, pasca penangkapan Jaringan Teroris di Puri Nusaphala, yang hanya berjarak 700 mtr dari Pos Polisi tersebut. Semoga Pengamanan di sekitar jalan menuju Ring 1 dapat terus terkendali.

Donor Darah




Ahad, 9 Agustus 2009 lalu, kembali beraktifitas donor darah. Kegiatan yang sudah mulai rutin saya jalankan ini merupakan kali kedua. Kegiatan ini dilaksanakan oleh millist di mana saya juga jadi membernya. Kebagian jatah sebagai panitia, bagian motret.

Jumat, 07 Agustus 2009

Si Buruk Merak pun Terbang di keabadian.


Mas Willy, si Burung Merak pun menghembuskan nafas terakhir kamis kemarin. Berita yang tentu saja mengagetkan kita, setelah sebelumnya Mbah Surip diijinkan oleh WS. Rendra untuk dimakamkan dilkasi pemakaman khusus Bengkel teater nya. Mas Willy yang sempat bermain sebagai pendukung ,dalam video klip lagu "Tak Gendong." nya Mbah Surip, ternyata menyusul kepergian sahabatnya itu. Sebuah persahabatan keabadian, karena Si Burung Merak ini dimakamkan, bersebelahan dengan Mbah Surip, dengan jarak hanya 7 meter.
Sang Penyair yang selalu menggelora, bersemangat, penuh kritik, sarat muatan pesan, harus memenuhi Panggilan Ilahi, setelah bergelut dengan penyakit Jantung koronernya. Selamat terbang di keabadian Sang Burung Merak.

Tak Gendongnya Mbah Surip


MBah Surip ternyata meninggalkan kenangan bagi si bungsu Fira. Sesampainya dirumah, sehabis pulang kantor, Fira langsung menghampiriku dan berujar, "Yah....mbah Surip meninggal." katanya. "Oh..ya, kenapa kok meninggal ?" tanyaku memancing reaksinya. " Iya...serius.." kata si kecil yang baru berusia 4 tahun ini. " Banyakan minum kopi dan merokok." bibir mungil si Fira kembali berucap. Ha.....ha....ha.....ternyata bocah kecil di seantero negeri ini memang sangat menggemari Mbah Surip.
Dengan lirik lagu yang sederhana, mudah di cerna, dan menyiratkan keseharian, begitu membekas di hati anak-anak. Lagu fenomenal 'Tak Gendong..." yang melejit bak roket diterbangkan dari muka bumi ini begitu lekat di telinga tidak hanya anak-anak, bahkan remaja dan orangtua pun sangat menggemarinya, terbukti dengan RBT ( Ring Back Tone) hp banyak mengunduh lagunya. Yang menjadikannya Milyarder baru di blantika musik.
Bahkan sehabis shalat pun Fira mengajak berdoa untuk mbah Surip, " Ya Allah...berikanlah Mbah Surip Hidup Lagi....." begitu bunyi doanya, yang tentu saja membuat kami menahan tawa, mendengar doanya. "Trus kalo hidup lagi , Mbah Surip gimana ?", tanya ku menyelidik. " Ya....biar nyanyi Tak Gendong lagi..." jawabnya dengan polos.......
Demikian cintanya anak-anak, pada Mbah Surip. Karena dia memang hadir seperti baru kemarin. Dan Harus segera 'Tidur untuk selamanya.". Mbah Surip, pun dimakamkan di pemakaman khusus Bengkel Teater milik WS. Rendra, sahabatnya, yang turut menjadi bintang dalam vide klipnya. Selamat jalan Mbah Surip.